Jawabannya adalah benar, karena Tuhan sendirilah adalah dasarnya. Ya, anggapan ini sesuai dengan pernyataan Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan adalah cinta, atau Alkitab menyebutnya dengan kasih. Apa buktinya bahwa Tuhan adalah cinta? Buktinya dinyatakan dalam diri Yesus Kristus sendiri. Yesus yang adalah Tuhan sejati sekaligus Manusia sejati. Demi kita, ia rela menjalani hidup sebagai manusia sama seperti kita, merasakan lapar, lelah, haus, bahwa terluka demi kita, namun tidaklah berdosa.[2] Demi kita juga, ia rela menanggung hukuman atas dosa yang selama ini mengutuk (Gal.3:10) kehidupan kita, sehingga Yesus sendiri disebut terkutuk (Gal.3:13), yang seharusnya kitalah yang menanggungnya. Jadi, dengan demikian cinta bukan berbicara tentang kepuasan, melainkan berbicara tentang pengorbanan. Tuhan telah menunjukkan cintanya yang sejati, sekarang giliran kita menerimanya dengan rendah hati. Penerimaan dengan kerendahan hati, membawa kita terbebas dari bersalah akibat dosa.
"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih"
1 Yohanes 4:8
[1] Muhammad Walidin, Cinta Erich Fromm Kepada Rabi’ah Al-Adawiyah (core.ac.uk). hal. 4
[2] van Niftrik, G.C., and B.J. Boland. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.Hlm. 186
0 Komentar