RENUNGAN SINGKAT DARI AMSAL 16:32 TENTANG PENGUASAAN DIRI

 


NATS: Amsal 16:32

TEMA: PENGUASAAN DIRI

“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”

Pada ayat tersebut dapat kita lihat dua perbandingan yaitu “Orang Sabar Melebihi Seorang Pahlawan” dan “Orang Yang Menguasai Diri Melebihi Orang Yang Merebut Kota”. Namun, yang menjadi perenungan kita adalah mengenai PENGUASAN DIRI. Pada umumnya jika seseorang yang kuat secara fisik, memiliki badan yang besar dan berotot, belum tentu juga kuat secara roh dan mampu menguasai dirinya. Penguasaan diri yang dimaksud ialah kemampuan untuk dapat menahan, mengekang, dan menjaga diri sendiri dari dosa agar tidak diperbudak oleh dosa.[1] Jika kita lebih merenungkan ayat tersebut, maka kita akan melihat bahwa penulis ingin menunjukkan kepada kita para pembacanya bahwa sehebat apapun orang yang mampu merebut sebuah kota, masih lebih hebat dan luar biasa lagi jika seseorang dapat mengendalikan dirinya, sebab lawannya adalah bukan orang lain melainkan dirinya sendiri. Hal tersebut adalah pekerjaan yang sulit, sehingga jika seseorang mampu menguasai dirinya, maka ia dapat dikatakan melebihi seseorang yang dapat merebut kota. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah begitu pentingkah penguasaan diri bagi orang percaya? Tentu sangat penting, karena dengan penguasaan diri kita dapat menunjukkan kepada Tuhan dan Manusia bahwa kita adalah seorang yang memiliki integritas hidup. Dengan demikian, sebagai orang percaya, dalam hal apa saja kita harus menguasai diri

Baca juga: Pelaku Fimran - Lukas 11:28

                     Dendam Membawa Petaka - Markus 6:14-29

1.      Pikiran

Jika kita tidak dapat menguasai pikiran kita, akan berakibat pada tindakan-tindakan yang tidak dapat dikuasai pula. Jika kita tidak bisa menguasai pikiran kita, pikiran kita pun akan dipenuhi oleh hal-hal negatif, yang pastinya akan berdampak pada perbuatan negatif pula. Oleh karena itu Rasul Paulus berakata didalam 2 Korintus 10:5b “… kami menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus.” Kita harus memiliki pikiran Kristus, itu berarti kita harus memiliki pikiran yang dipenuhi oleh Firman Tuhan, jika pikiran kita terus diisi oleh Firman Tuhan, segala tindakan dan perbuatan kita akan terarah dan terkontrol. 

2.      Lidah atau Ucapan

Dalam Amsal 21:23 dikatakan, “siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari kesukaran.” Maka dari itu kita harus dapat menguasai lidah atau ucapan kita. Yakobus mengibaratkan lidah kita itu seperti api, “… betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.” (Yakobus 3:5b).

Baca Juga: Rendah Hati - Lukas 14:7-11

Setiap orang percaya dituntut untuk bisa menguasai lidah atau ucapannya, karena banyak sekali pelanggaran dan kesalahan dibuat lidah atau ucapan kita. Bisa dikatakan bahwa salah satu pergumulan terbesar dalam kehidupan orang percaya adalah bagaimana mengekang lidah. Ini menunjukkan bahwa menguasai lidah bukalah pekerjaan yang gampang. Tidak sedikit masalah yang terjadi dalam hidup kita bersumber dari ketidakmampuan kita menguasai lidah atau ucapan yang keluar dari mulut kita. 

3.      Mata

Ada tertulis “mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. …” (Matius 6:22-23). Jika kita tidak bisa menguasai penglihatan kita, kita akan mudah terperosok ke dalam berbagai hawa nafsu kedagingan.

Baca Juga: Diampuni Cuma-Cuma Kolose 13:12-17
                        Rendah Hati Seperti Kristus - Filipi 2:1-22

 Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa penguasaan diri merupakan aspek yang perlu dilatih secara terus-menerus dan membutuhkan proses, tidak turun dari langit atau muncul dalam sekejap. Itulah sebabnya kita harus melatih roh kita supaya kuat, sehingga kita dapat menaklukan keinginan daging kita. Latihan secara terus menerus tersebut akan labih mudah jika kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan setiap waktu.


[1] T Kurniadi, “Penguasaan Diri Hamba Tuhan Dalam Pelayanan Kajian Eksegetikal 2 Timotius 4:1-8”, Manna Rafflesia: Vol. 3, No. 2 (April 2017), 131

Posting Komentar

0 Komentar