SUNAT SEBAGAI PERJANJIAN ALLAH DENGAN ABRAHAM (KEJADIAN 17)


       Penggunaan kata kerja dalam PL dimulai dalam Kejadian 17. Disini Tuhan menegaskan perjanjian-Nya dengan Abraham yang dicatat dalam Kejadian 12:1-3. Praktik memotong kulup penis adalah praktik yang digunakan bahkan sebelum zaman Abraham (seni makam Mesir Kerajaan Lama dan hieroglif Tata Bahasa Mesir, A. H. Gardiner, hlm. 448). Itu mungkin digunakan seperti itu sampai hari ini sebagai ritus pubertas yang menandai perjalanan seorang anak laki-laki ke hak-hak istimewa kedewasaan, sebuah ritus yang kadang-kadang disertai dengan nada- nada yang tidak bermoral. Operasi itu dilakukan pada seorang anak laki-laki berusia sekitar tiga belas tahun. Allah menyatakan kepada Abraham bahwa dia harus menggunakan penumpahan darah ini sebagai tanda perjanjian dengan Abraham. Dalam PL Allah memerintahkan anak untuk disunat pada hari kedelapan hidupnya, menghapusnya dari ritus pubertas menjadi tanda dengan makna religius yang ketat. Sunat bayi ini tampaknya unik di zaman kuno. Orang modern telah membuktikan bahwa praktik tersebut memiliki nilai higienis tetapi tidak ada tempat di PL dimana  poin ini dibuat.

Karena praktik tersebut melambangkan perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya, dari berbagai aspek perjanjian inilah sunat memperoleh makna spiritualnya. Bagi orang-orang dalam PL yang menganggap serius maknanya, itu adalah tanda tunduk pada kehendak Allah yang berdaulat. Seperti yang sering terjadi dengan simbolisme agama, orang Ibrani akhirnya menggunakan tanda realitas spiritual yang dalam ini sebagai tujuan itu sendiri dan secara keliru menjadikannya sebagai pintu masuk otomatis ke dalam kerajaan Allah.

Para nabi menyadari penyimpangan ini dan berkhotbah menentang sunat daging belaka, yaitu sunat yang tidak disertai dengan iman yang hidup. Yeremia berbicara tentang sunat hati. Dia berkata, "Sunatlah dirimu bagi Tuhan dan singkirkan kulup hatimu, hai orang-orang Yehuda" (Yer 4:4). Tetapi jauh sebelum Yeremia orang-orang telah diperingatkan akan bahaya ini. Memang, Yeremia mengutip Ul. 10:16. Penggunaan kata kerja dalam Ul 30:6 membuktikan pernyataan di atas, bahwa sunat melambangkan realitas spiritual terdalam dari agama Ibrani. Ayat itu mengatakan, “TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati anak-anakmu, supaya kamu mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya kamu hidup.” Dalam Matius 22:36-40 Tuhan kita menginstruksikan orang-orang Farisi bahwa ini memang perintah terbesar dan jumlah dan substansi dari semua hukum dan nabi. Ayat dalam Ulangan dengan jelas mengajarkan bahwa sunat yang benar adalah pekerjaan Tuhan di dalam hati manusia kehidupan rohani yang Tuhan ciptakan di dalam umat-Nya. Inilah tepatnya ajaran rasul Paulus dalam Kol 2:11 di mana berbicara tentang keilahian Kristus yang penuh ia berkata, "Di dalam Dia juga kamu disunat dengan sunat yang dilakukan tanpa tangan, untuk menanggalkan tubuh dari dosa-dosa daging. dengan sunat Kristus." (Bdk. juga Rom 2:28-29 dan Rom4:9-12.) Karena baptisan dan sunat keduanya melambangkan karya regeneratif Allah yang selalu mencakup pembersihan dari dosa dan kasih kepada Allah, beberapa bagian gereja membaptis bayi mereka hanya sebagaimana Allah memerintahkan orang-orang kudus PL untuk menyunat mereka. Orang lain di gereja tidak menekankan analogi ini dan hanya membaptis mereka yang mengaku beriman kepada Kristus setelah mencapai usia kebijaksanaan.

mûla. Penyunatan. Kata benda ini hanya digunakan sekali, dalam Kel 4:26, dimana Zipora menuduh Musa sebagai suami berdarah karena sunat. Konteksnya membuat sangat jelas pentingnya Allah menempatkan sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan umat-Nya. Bahkan Musa sang pemberi hukum pun tak lepas dari menyunat putranya. Melakukannya sama saja dengan mengingkari perjanjian.

 Sumber: TDNT, VI. Hal 73-81. E.B.S

Posting Komentar

0 Komentar