BAB I
PENDAHULUAN
Isu adalah
kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; atau biasa
disebut kabar angin. Sumbang itu berupa salah; keliru: janggal; tidak selaras;
sember atau palsu; curang; tidak seimbang.[1]
Dalam makalah ini, akan membahas isu-isu yang beranggapan keliru bahwa “Allah itu tiga”, biasanya ditujukan
kepada orang Kristen yang meyakini Doktrin Tritunggal.
Allah adalah
suatu keberadaan yang dipenuhi oleh Misteri. Allah juga adalah pencipta yang
telah menciptakan alam semesta. Jika membincangkan tentang Allah, maka akan menyangkut kepada seluruh
manusia, karena Allah bersifat universal. Jika kita membahas mengenai kata
“Allah”, maka akan menimbulkan banyak sekali pertanyaan. Misteri mengenai Allah
sulit untuk terpecahkan hingga sekarang, secara utuh dan pasti, karena Allah berada pada kekekalan. Oleh karena itulah, pada abad ke-3 munculah sebuah
pemikiran atas dasar iman yang akhirnya menjadi sebuah konsep, yang disebut “Trinitas”. Istilah ini muncul
akibat dari penggambaran manusia yang tidak cukup sempurna dalam memahami
Allah. Konsep ini pertama kali dipakai oleh Tertulianus.
Misteri
mengenai Allah Tritunggal memang telah membingungkan banyak orang selama
berabad-abad waktu lamanya. Tetapi, Alkitab telah memberikan banyak bukti
mengenai Allah Tritunggal secara eksplisist, meskipun istilah ini tidak
tercatat di dalam Alkitab. Istilah ini mungkin sulit dipahami, terlebih lagi
jika dikalangan kaum awam. Namun, tidak membuatnya menjadi tidak benar. Karena,
tidak selamanya kesulitan dipahami dengan ketidakbenaran.[2]
Bagi orang
Kristen, Allah Tritunggal juga adalah satu misteri yang berada di luar
jangkauan pemikiran manusia. Namun, mengapa akhirnya konsep ini diakui oleh
orang Kristen? Alasan yang utama ialah karena Alkitab memberikan penyataan
tentang “trinity in unity” yang dimulai dinyatakan sejak awal
penciptaan (Kejadian 1:1), terus berlanjut hingga semakin jelas dalam
Perjanjian Baru, inilah yang disebut sebagai wahyu yang bersifat progresif.[3]
Baca juga: konsep
logos menurut orang Yahudi
Sejak
kelahiran Yesus Kristus, agama Yahudi menolak dengan tegas ke-Tuhanan maupun
ke-Allahan Yesus, karena mereka tidak dapat menerima kenyataan bahwa “sang
mesias” yang dijanjikan, lahir dari keturunan seorang tukang kayu, dan bukan
dari keturunan raja. Sementara itu agama Islam menolak ajaran Tritunggal karena
dianggap menyekutukan Tuhan.[4]
Pada dewasa
ini juga, ada banyak orang Kristen yang masih dan menjadi ragu dengan iman mereka, salah satunya iman kepada Allah yang Esa dalam tiga oknum pribadi
yang berbeda. Ditambah lagi dengan munculnya pertayaan-pertanyan yang sulit mengenai Iman Kristen yang dilontarkan oleh bidat-bidat
dengan tujuan untuk menjatuhkan iman Kristen kepada Allah yang Esa dalam tiga
pribadi. Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul, diantaranya pertanyaan
mengenai Apakah Allah itu ada? Apakah Allah dapat menjadi manusia? Bagaimana
bisa Allah menjadi manusia? Bagaimana bisa Allah yang Esa menjadi tiga pribadi?
Apakah Allah terpecah-pecah menjadi tiga bagian? Bagaimana mungkin Allah
memiliki Anak? Inilah masalah utama yang melatarbelakangi Allah Tritunggal.
Jika ada
orang Kristen yang berpandangan bahwa Doktin Tritunggal itu tidak ada atau hanya sebuah karangan belaka, maka juga berarti menyangkal Alkitab sebagai Firman
Tuhan.
Lindsell mengatakan bahwa pandangan seperti ini berarti juga turut menyangkal
doktrin-doktrin lain yang menyangkut iman Kristen, misalnya Kelahiran Kristus
dari anak dara, keilahian
Kristus, mujizat-mujizat, penebusan pengganti dan kebangkitan tubuh.[5]
Inilah tujuan
penulisan dari makalah ini, yaitu agar orang-orang Kristen yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juru S’lamat dapat lebih dikuatkan dalam mempertahankan dan menghidupi iman
mereka kepada Allah yang Esa dalam tiga oknum pribadi yang berbeda, sehingga
orang-orang Kristen dapat membuktikan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup,
yang telah datang menjadi manusia, untuk mendamaikan dunia kepada Bapa. Jadi,
akhirnya tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga berdampak bagi
lingkungan sekitar.
Berikut
beberapa pandangan yang mengemukakan tentang Allah Tritunggal, yaitu:
Pangeran
Manurung dalam bukunya yang berjudul “Menimbang Proposal ERASTUS SABDONO
tentang posisi Theos/Bapa-Logos/Anak” menyatakan bahwa Dr. Erastus telah
melihat hubungan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Hubungan tersebut dijelaskan demikian, yaitu bahwa Roh Kudus dalam Roh yang bersama dengan Bapa tetapi tidak keluar dari Anak. Dr.
Erastus juga menyebutkan bahwa Roh Kudus tidak bisa dibedakan dengan Bapa
sebagai Allah karena Roh Kudus adalah Allah sendiri. Dari pernyataan di atas,
sepertinya dapat memunculkan kembali benih-benih “dwi tunggal”, yang bercirikan
bahwa Roh Kudus dengan Bapa, namun hanya Anak yang berpotensi memiliki
perbedaan dengan Bapa.
Mengenai Roh
Yesus Kristus sendiri, Dr. Erastus mengemukakan bahwa Roh tersebut belum tentu
menunjuk kepada pribadi Yesus. Pendapat ini berdasarkan konteks yang terdapat
pada Kitab Roma 8.
Dengan
demikian dari pernyataan Dr. Erastus dapat disimpulkan bahwa Kristus hanya
menerima karunia dan kuasa ilahi dari Roh Kudus sama seperti manusia pada
lainnya. Jadi, Roh Kristus tidak memiliki derajat dan hakekat yang sama dengan
Roh Kudus.[6]
Lebih lanjut,
Dr. Erastus menyebutkan bahwa kepentingan dari Roh Kristus hanya menunjuk kepada spirit dalam
kehidupan orang percaya memberi kecerdasan roh dan kepekaan untuk dapat lebih
memahami rencana Allah.[7]
Pada sekitar
tahun 1872, seorang tokoh yang bernama Charles Taze Russel mendirikan kelompok
penyelidikan Alkitab. Kelompok ini semula dipanggil dengan sebutan Siswa-Siswa
Alkitab, yang kemudian menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Sejak awal Saksi Yehuwa
mempercayai ke-Tuhanan sebagai berikut, yaitu:[8]
Russel juga
menggunakan terjemahan King James Version terhadap Yoh.1:1 sebagai dasar
pernyataannya atas keyakinannya. Dengan demikian penjelasan ini cukup kuat
untuk membuktikan bahwa Yesus adalah suatu allah.
Pernyataan
ini berdasarkan terjemahan yang dilakukan oleh Saksi Yehuwa pada Yoh.1:1
menjadi “Firman itu adalah suatu allah”, kalimat “Anak Tunggal Allah” (monogenes theos) yang terdapat pada Yoh. 1:18 juga diterjemahkan sebagai “satu-satunya allah yang diperanakkan”, bahkan Saksi
Yehuwa menganggap bahwa data Alkitab mengenai Allah Tritunggal berasal dari
evolusi mitologi asing. Pada
dasarnya, motif dari penolakan yang demikian jelas bukan merupakan hasil
dari kesimpulan pemikiran yang ilmiah, namun lebih kepada sikap
“anti-trinitian” yang berlebihan.
Berdasarkan
penyataan-pernyataan yang tertera di atas, Saksi Yehuwa dengan lantang dan jelas mengatakan bahwa ajaran Kristen mengenai Allah Tritunggal merupakan ajaran kafir.
Islam adalah salah satu agama yang damai, dan yang berdasarkan seluruh ajaran agamanya
kepada Al-Quran. Dalam gagasan Islam, semua wahyu Tuhan yang diajarkan oleh
para nabi, memiliki inti yang sama, yaitu Cuma mengajarkan tauhid atau pun yang
disebut keesaan Tuhan. Jadi, dalam agama Islam yang terpenting jika membahas
tentang Tuhan adalah jumlahnya, ada berapakah sesungguhnya Tuhan, itulah ajaran
yang terpenting disepanjang jaman, menurut Islam.
Konon semua
nabi, yang dimulai dari Adam sampai nabi Isa, semuanya mengajarkan
tauhid…tauhid…dan tauhid. Islam mengatakan bahwa orang-orang Yahudi dilaknat
oleh Tuhan karena telah membunuh dan mendustai nabi-nabi. Setelah Islam
menyebutkan bahwa Yahudi dimurkai oleh Tuhan, lalu Islam menyebutkan bahwa
Paulus adalah si penyesat yang mengajarkan tentang ketuhanan Yesus, dan ajaran palsu ini dengan
cepat menyingkirkan ajaran Yesus yang asli. Islam menyatakan pula bahwa Yesus dilantik sebagai Tuhan pada abad
keempat di Konsili Nikea sesuai ajaran palsu Paulus, sehingga orang Kristen
mengimani ajaran Trinitas yang musyrik dan sesat sampai sekarang. Sejak itulah
ajaran tauhid secara resmi hilang dari muka bumi. Islam menyatakan alasannya
hilangnya ajaran tauhid dari muka bumi ialah karena bahwa orang Yahudi sedah dimurkai Tuhan dan orang Kristen
yang telah disesatkan oleh Paulus. Setelah beradab-abad kemudian muncullah
Muhamad dan disebut sebagai seseorang yang terpuji di tanah Arab. Konon menurut
Sahibul Hikayat, Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus Tuhan untuk
mengembalikan ajaran tauhid ke dunia hingga menegakkannya sampai sekarang.
Tauhid secara turun-temurun mengajarkan bahwa tidak ada pemisahan di dalam
Allah.
Al-Quran adalah firman Allah yang kekal dan sebagai kitab suci umat muslim yang menjadi patokan hidup setiap jemaat muslim di
sepanjang zaman. Ada banyak ayat Al- Quran yang dasar penolakan Islam terhadap
Doktrin Tritunggal, diantaranya ialah yang mengatakan bahwa “Allah Islam itu
satu/Esa/Tauhid” (Qs.112:1). Inilah salah satu ayat yang sangat sakral bagi orang Islam, dan yang sangat dipegang teguh secara turun-temurun oleh seluruh orang Islam. Sehingga pada saat orang Islam melihat konsep Trituggal sebagai sebuah pelanggaran atas doktrin keesaan Tuhan
(Tauhid)
Alasan
mendasar Mengapa orang Islam tidak dapat mengerti tentang Tritunggal yang
disimpulkan dari Al-Quran ialah karena Nabi Muhammad tidak pernah mengenal
tulisan-tulisan Alkitab yang membahas mengenai bagaimana Tuhan yang Esa itu
menyatakan diriNya sebagai Holy Trinity, yang terdiri dari Allah
Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan
mengenai Allah yang Esa dalam tiga oknum pribadi ini seiring berjalannya waktu
telah menjadi sebuah Doktrin, pada umumnya disebut dengan istilah Doktrin
Tritunggal atau Trinitas, atau dalam bahasa Inggris disebut Holy
Trinity. Doktrin ini mendapat sorotan yang lebih sehingga sering mengalami
kesulitan. Walaupun kata “Tritunggal” memang tidak terdapat dalam Alkitab, namun melalui “tritunggal” telah dapat menyimpulkan
seluruh ajaran Alkitab tentang rahasia diri Allah. Istilah ini pada awalnya
dipakai untuk memelihara kebenaran mengenai diri Allah, yaitu untuk melawan
ajaran palsu dari guru-guru penyesat.
Doktrin ini
sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh yang bernama
Tertulianus. Tertulianus adalah seorang pengacara kelahiran Afrika yang
berbahasa Yunani. Ia memilih menulis dalam bahasa Latin, dan karya-karyanya
mencerminkan unsur-unsur moral dan praktis orang Romawi yang berbahasa Latin.
Pengacara yang berbahasa Latin ini telah menarik banyak penulis untuk mengikuti
gayanya. Ketika orang Kristen Yunani masih bertengkar tentang keilahian Kristus
serta hubunganNya dengan Allah Bapa, Tertulianus sudah berupaya menyatukan
kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Ia pun merintis formula yang
sampai hari ini masih kita pegang, yaitu “Allah adalah satu hakikat yang
terdiri dair tiga pribadi”. Proses perintisan ini tidak dipengaruhi oleh
terminologi dari para filsuf. Tertulianus menjelaskan bahwa Yesus tidak lebih rendah dari Bapa, meskipun diperanakkan oleh Maria. Konsep ini
sering salah dipahami menjadi memperanakkan menurut istilah biologis, yaitu bahwa yang
dikatakan “anak” dilahirkan melalui hubungan seksual, itu karena keberadaan
manusia adalah daging. Namun, samgat berbeda dengan Tuhan Allah yang adalah
Roh. Apabila Bapa memperanakkan Anak dalam Roh, itu bukanlah konsep keluarga manusia jasmaniah, karena Yesus adalah Anak
Allah, dan Dia dilahirkan oleh Bapa dalam Roh.
Doktrin
Trinitas (Gilchrist 1999:70-89) adalah hasil dari eksplorasi terus-menerus yang
dilakukan oleh Gereja terhadap data Alkitab, dan juga sebagai hasil perdebatan
dan kesepakatan-kesepakatan yang kemudian diformulasikan dalam Sidang Gereja
Pertama di Nicea (325 AD), dengan cara yang mereka yakini konsisten dengan
kesaksian Alkitab.
Pada masa
sebelum reformasi, penekanan atas Kemahaesaan Allah sangatlah dipertahankan
dengan kokoh oleh orang-orang Yahudi yang pada masa itu juga Tuhan Yesus ada.
Seiring dengan berjalannya waktu, penekanan atas Kemahaesaan Allah terus diwarisi
oleh gereja-gereja Kristen hingga masa kini. Dampak yang kurang baik terlihat dari
sikap atau cara pandang sebagian orang Kristen tersebut terhadap Allah
Tritunggal. Cara pandang tersebut menyingkirkan- menyingkirkan perbedaan
pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal satu-persatu, dan yang menjadi gagal
memberikan penjelasan yang sempurna pada keilahian esensial dari pribadi kedua
dan ketiga Allah Tritunggal.
Luther
sebagai pemimpin gereja Reformasi, setuju untuk menerima doktrin ortodoks
tentang Trinitas, alasanya ialah karena hal itu diajarkan dalam Alkitab walaupun ia merasa
bahwa hanya iman saja yang dapat memahami Trinitas.
Pengakuan
Kristiani bahwa hanya ada satu Allah tidak dimaksudkan sebagai pernyataan
matematis. Orang Kristen tidak menghitung Allah karena Allah melampaui cakupan
matematika. Hal yang sama dapat diungkapkan sehubungandengan doktrin Trinitas.
Doktrin ini tidak ada kaitannya dengan pertanyaan seperti: ada berapa allah?
Doktrin Trinitas memahami Allah bukan sebagai individu tunggal yang hidup dalam
kesendirian dan yang memutuskan segala sesuatu dengansewenang-wenang, dan bukan
pula sebagai tiga individu allah, yang masing-masing memiliki peran dan karakter sendiri. Lebih lagi, trinitas
menegaskan di satu sisi, kebesaran Allah yang tak tertandingi dan kekuasaan
Allah yang kekal atas seluruh ciptaan; dan di sisi lain, berbagai cara Allah
mengungkapkan kasihNya kepada dunia.
Mencari kesimpulan dari pembahasan ini sangat sulit, karena membahas tentang Allah yang adalah Roh, dan keberadaan-Nya yang berada pada
kekekalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Allah yang Esa, memperkenalkan
Diri-Nya kepada ciptaan-Nya sebagai Allah Tritunggal, Ketiga-tiga-Nya tidak
terpisah-pisah satu dengan yang lain, namun berbeda-beda juga melalui oknum-oknum-Nya.
Bila kita mulai berbicara mengenai “Allah”, itu artinya akan menghasilkan paham-
paham yang berada di luar akal manusia. Allah merupakan pribadi yang
dikenal oleh semua mahluk, sebab Dia adalah pencipta dari segala ciptaan yang
ada dibumi, termasuk manusia. Walaupun demikian, ada diantaranya yang tidak
mengakui keberadaan Allah. Allah adalah roh yang tidak dapat dijangkau oleh
manusia, namun berberda dengan Roh Kudus. Allah juga tidak dapat dipahami
secara keseluruhan, terlebih lagi jika mengandalkan otak manusia yang kecil dan terbetas. Ia-lah pribadi yang menunjuk sebagai
penguasa yang memerintah pada kekekalan. Sebelum membahas tentang Allah secara
mendalam, ada satu kalimat kunci yang harus kita tegaskan terlebih dahulu,
yaitu bahwa “Sesungguhnya kita hanya dapat mengenal Allah, sebab Ia telah
menyatakan diri”.
‘Allah Bapa’ adalah Allah yang Mahabesar yang memelihara dan mengatur seluruh jagad raya dan sejarah, juga memelihara dan
mengatur kehidupan setiap pribadi. Dengan demikian Ialah ialah Allah atas
seluruh alam semesta; Ia lebih besar dari segalanya (Yoh. 10:29).
Nama yang paling umum untuk Allah, di dalam PL adalah Elohim dan empat huruf Konsonan Ibrani yaitu YHWH.
Nama Elohim merupakan
sebutan umum untuk Allah yang Esa. Sedangkan YHWH lebih menunjuk kepada nama
Pribadi dari Allah yang dikenal oleh orang Israel.
Hakikat Allah
pada umumnya dijelaskan dengan istilah-istilah “esensi” dan “substansi”, yang
berarti sesuatu yang mendasari semua penampilan luar, bersifat materi maupun
non-materi, yang adalah dasar segala sesuatu.
Kita tidak
dapat melihat Allah karena Allah adalah Roh. Allah hanya dapat kita lihat dan
buktikan melalui akibat dari pekerjaan-Nya. Kita juga tidak dapat melihat
angin, namun kita dapat merasakannya.
eh waktu.
Berdasarkan
pikiran Allah inilah, Allah Bapa telah merencanakan sebaik mungkin rancangan
bagi Manusia, sebagai mahluk yang ‘serupa dengan Allah’. Akibat dosa yang
memisahkan manusia dengan Allah, Allah berinisiatif untuk memperdamaikan
diriNya dengan manusia sebagai umatNya, sehingga Ia harus berinkarnasi menjadi
manusia, yang akan menjadi kurban pendamaian antara diriNya dengan manusia.
Bentuk inisiatif tersebut terlihat jelas pada diri Yesus Kristus sebagai
manusia sejati dan Allah sejati. Berdasarkan inisiatif inilah, Allah Bapa
yang misterius tersebut hadir sebagai
manusia, dalam bentuk dan cara yang dapat manusia pahami.
Keberadaan
Yesus Kristus di bumi adalah sebagai Anak Manusia dan Anak Allah, yang artinya
memiliki dua natur. Anak Allah yang dimaksud bukanlah berdasarkan hubungan biologis, namun berdasarkan kesatuan dalam kekekalan. Keberadaan ini bersifat
mutlak, karena keilahianNya. Dalam pemikiran orang-orang pada masa itu hingga
sekarang, yaitu mengatakan bahwa mustahil ada seorang manusia dapat berkedudukan juga sebagai Allah. Pada saat awal
kelahiran-Nya saja, para gembala telah mengatakan bahwa Dialah raja orang
Yahudi, yang sejak zaman purbakala telah dinubuatkan oleh para Nabi- Nabi.
Penyebutan
orang Kristen kepada Yesus sebagai Anak Allah jugalah yang mendukung penolakan
tersebut, terlebih lagi jika dilihat dari biografi kehidupan Yesus Kristus pada saat berada dibumi yaitu lahir di kandang domba, hidup sebagai anak seorang tukang kayu, dan mati di kayu salib seperti seorang hukuman.
Menurut
Brunner, Yesus Kristus adalah pusat dari Alkitab dan sejarah, yaitu tepatnya
dalam Inkarnasi dari Firman Tuhan. Dengan demikian ia menyimpulkan bahwa Yesus
Kristus adalah kesatuan dari semua penyatuan.
Jadi, dapat
dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah Firman Allah yang juga berada pada
Kekekalan (Kej.1:1), dan Firman itu telah berinkarnasi menjadi manusia dan
tinggal diantara kita (Yoh.1:14). Jadi, Sang Firman itu adalah kunci dari
keselamatan yang disediakan oleh Allah bagi manusia.
Dalam prolog
injilnya (Yoh. 1:1-18), Yohanes menyatakan bahwa Yesus Kristus identic dengan
Firman kekal yang menjadikan segala sesuatu, yang bersama-sama dengan Allah dan yang adalah Allah.
Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Tidak satu pun yang terjadi terlepas dari Firman itu. Firman itu,
yang ada “pada mulanya” (perhatikan alusi kepada Kej.1:1), ada “bersama-sama dengan Allah” (diarahkan kepada Allah) dan sesungguhnya
“adalah Allah.” Yohanes menunjuk kepada kesatuan, kesetaraan, dan distingsi
Firman (logos) dan Allah (Theos). Ia kemudian menekankan bahwa Firman adalah
Pencipta segala sesuatu (ay.3-4), dan bahwa Ia menjadi manusia (ay.14). Dan
sebagai pengikat semua ini, Ia adalah Anak Tunggal Allah (ay.18).
Dia adalah utusan Allah yang penuh kuasa, dengan ketaatannya membuktikan kejahatan Iblis dan mengalahkan Iblis, dihormati oleh Allah dan seluruh malikat-Nya, dan akan menyertai umat yang setia kepada Allah di akhir zaman sampai dosa dimusnahkan.
Walaupun
Yesus dikatakan sebagai utusan Allah, sebagai Anak Allah, bukan berarti Yesus
lebih rendah dari pada Bapa. Berikut adalah bukti bahwa Yesus tidak lebih
rendah dari Bapa, yaitu:
Bagi kalangan
Agama Islam, mereka menolak keilahian Yesus
dan penyalibanNya tidak melihat secara khusus siapa Yesus sebenarnya, atau
hanya melihat secara sepintas saja. Padahal, Al-quran dengan jelas memaparkan
keunikan Yesus Kritus sebagai Firman Allah, yang artinya adalah bagian dari diri Allah, yaitu yang dikandung dari Roh Kudus
Karena tidak
terlihatnya dan anonimitas Roh, kehadiranNya umumnya tidak diperhatikan,
meskipun mungkin diketahui bahwa Ia hadir. Perjanjian Baru menggambarkan
Roh Kudus aktif pada setiap tahap penebusan, khususnya dalam kehidupan dan
pelayanan Yesus Kristus, dari konsepsi sampai kenaikan.
Terkadang
paralelisme puisi Ibrani mengimplikasikan bahwa Roh Allah sama dengan Yahweh
(Maz. 139:7), tetapi ini menimbulkan pertanyaan, karena bahkan di sini tidak
ada petunjuk sedikit pun bahwa Roh harus dipahami sebagai Pribadi yang berbeda.
Sebaliknya, Roh di sini dipandang sebagai kuasa ilahi atau nafas Allah,
Roh memiliki
kesetaraan Bapa dan Anak. Terlebih lagi, Roh berbagian dalam satu keberadaan
Allah. Jadi Roh bukan hanya setara, tetapi juga berasal dari satu identitas,
dengan Bapa dan Anak.
Mengapa Roh
Kudus sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memahami rencana Allah yang Kudus
dalam Yesus Kristus, alasanya karena Roh Kudus adalah Roh yang menguduskan, memberi sukacita dalam penderitaan, membuka pikiran orang banyak untuk
percaya, memampukan kita untuk menyembah, dan menyebabkan persatuan dengan
Kristus.
Dengan demikian, sungguh nyata bahwa Roh Kudus adalah “Roh inkarnasi, di dalam Dia dan melalui Dia Firman Allah masuk ke dalam sejarah”.
Alkitab jelas
menyatakan bahwa Allah hanyalah Bapa, dan Yesus sebagai Tuhan (1Korintus 8:6),
sedangkan Roh Kudus adalah kuasa Allah yang aktif bekerja untuk kebaikan
Lindsell juga
setuju bahwa Allah adalah Tritunggal, sehakekat, terdiri dari tiga pribadi,
Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Jika kita amati secara mendalam, maka akan terlihat dengan jelas persekutuan yang
transenden dari keberadaan berpribadi yang adalah apa adanya Allah di dalam
diriNya sendiri.
Kemahaesaan
Allah memiliki tiga oknum yang berbeda namun dalam satu kesatuan. Akhirnya
dapat disimpulkan secara sederhana mengenai hubungan manusia dengan Allah yang
Tritunggal tersebut, yaitu bahwa:
Sebagai orang
Kristen yang percaya bahwa Allah itu tiga Pribadi, tidak berarti bahwa
mempercayai tiga Allah.
Jadi, mengapa
orang percaya atau orang Kristen dapat menerima dan mengerti dengan benar konsep Allah Tritunggal, alasannya orang percaya itu karena memperhatikan dengan cermat melalui
iman, orang percaya yakin bahwa Iman adalah kunci untuk memahami Allah yang
memiliki tiga oknum pribadi dalam diriNya, sehingga jika seseorang itu tidak
memiliki iman, maka seseorang itu tidak akan dapat melihat Allah (Ibr.11:6),
apalagi untuk memahamiNya. Iman yang ada pada orang percaya timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan (Roma 10:17). Dengan demikian apakah berarti Allah itu
tidak masuk akal? Tidak, Allah itu melampaui Akal, itu sebabnya Dia disebut Allah.
DEKER PRIME, Tanya
Jawab tentang Iman Kristen (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 2006)
Jenus Junimen, TRINITY
OF GOD (Yogyakarta: ANDI Offset, 2015) hal.11-13
Ibid, Andreas Maurer, ASK YOUR
MUSLIM FRIENDS. 141
Louis Berkhof, Teologi
Sistematika, Doktrin Allah (Jakarta: Lembaga Reformed
Injili Indonesia, 1997) hlm.141.
Ibid., Jenus, TRINITY
OF GOD, hlm.21
Yahya Wijaya, Cui Wantian, Christoph
Stückelberger, IMAN DAN NILAI-NILAI KRISTIANI (Switzerland,
Globethics.net China Christian, 2017) hlm. 33
Robert Crossley, TRITUNGGAL
YANG ESA (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013) hlm. 7
G.C. Van Niftrik & B.J.
Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015)
hal.81
Abraham Park, Pemeliharan Yang
Misterius Dan Ajaib, diterjemahkan oleh Youn Doo Hee (Jakarta:
Grasindo dan Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2015) hlm.35
Penjelasan Frans Donald, Jemaat Kristen
Tauhid bandingkan dengan Samuel Santoso. Yahwe, El, dan Nama Tuhan dalam buku
Berteologi di Tengah Perubahan. (Jakarta: 2007 Komisi Pengkajian Teologi GKI
Sinode Wilayah JABAR).
Jerry MacGregor & Marie Prys, 1001
Fakta Mengejutkan Tentang Allah (Yogyakarta: ANDI Offset, 2011) hlm.
16
William Barclay, Pemahaman
Alkitab Setiap Hari “Surat-Surat Yohanes dan Surat Yudas” (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1995) hlm. 164
John M. Frame, Doktrin
Pengetahuan Tentang Allah 1 (Malang: Literatur SAAT, 2004) hlm.39
Robert Letham, ALLAH
TRINITAS (Surabaya: Momentum, 2011) hlm.57
Emil Brunner, Relevasion and
Reason, translated by Olive Wyon (Philadelphia: The Westminster Press,
n.d.) hlm. 135
Ibid., Abraham Park, Pemeliharan
Yang Misterius Dan Ajaib, hlm.24
Wainwright, The Trinity in the
New Testament (London: SPCK, 1963) hal. 130-54
Tjahjadi Nugroho, Keluarga Besar Umat
Allah, Sadar Publications, Semarang, 2005, hlm. 139-140
Augustinus, The Works of Saint
Augustine: A Translation for the 21st Century: The Trinity. Terj.
Edmund Hill. Ed. J. E. Rotelle. Hyde Park, N.Y.: New City Press, 1991, 2.1.2-3
(PL 42:845-47)
Ibid., Robert Letham, ALLAH
TRINITAS. hlm. 59
Donald Guthrie, New Testament
Theology (Leicester: Inter-Varsity Press, 1981)
Wainwright, The Trinity in the
New Testament, hal. 30
O’Collins, The Tripersonal God:
Understanding and Interpreting the Trinity (London: Geoffrey Chapmen,
1999) hal. 32
Ibid., Robert Letham, ALLAH
TRINITAS. hlm.63
Bobrinskoy, The Mystery of the
Trinity: Trinitarian Experience and Vision in the Biblical and Patristic
Tradition. Terj. A. P. Gythiel
Kristen Unitarian Indonesia/facebook
Thomas F. Torrance, The
Christian Doctrine of God: One Being, Three Persons (Edinburgh: T
& T Clark, 1996) hlm.112-67, untuk suatu eksposisi yang dikembangkan dari
poin ini.
Ibid., Robert Letham, ALLAH
TRINITAS. hlm.185 & 201
Harold Lindsell, The Bible in
the Balance (Grand Rapids: Zondervan, 1976)
Ibid., Lindsell, The
Bible in The Belance, hlm. 206
Ibid., Thomas F.
Torrance, Christian Doctrine of God: One Being, three Persons, hlm.
62
[2] Rick
Cornish, 5 Minute Theologian “Kebenaran Maksimum Dalam Waktu
Minimum” (Bandung: Pionir Jaya, 2007) hlm. 104
Artikel: Herny Kongguasa, Allah
Tritunggal. hlm.16
Herlianto, Saksi-saksi
Yehuwa (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004) hlm. 179
Harold Lindsell, A Handbook of
Christian Truth (Westwood, N.J.: Fleming H. Revell Company, n.d.)
hlm.22-23
Pengeran Manurung, Menimbang
Proposal ERASTUS SABDONO tentang posisi Theos/Bapa-Logos/Anak (Sidoarjo:
Bible Culture Publising) hlm.35-36
http://www.rehobot.org/beranda_renungan/roh-allah-dan-roh-kristus/
Herlianto, Saksi-saksi
Yehuwa, hlm. 183
Pangeran Manurung, Menguji
Kristologi Saksi Yehuwa (Bondowoso: Memra Publising, 2015) hlm. 18
Crusader Knight, Islam Dan Akal
Sehat Vol.2 (CRUSADER NETWORK Publishing, 2019) hlm.62
Hanya Ada Satu Tuhan (NQ)
hlm. 54
Andreas Maurer, ASK YOUR MUSLIM
FRIENDS (Africa: AVC, 2008; Indonesia Edition, 2016) hlm. 141
0 Komentar