KERAJAAN SERIBU TAHUN DALAM WAHYU 20:1-6

 



            Seperti biasanya, sebelum membahas mengenai “kerajaan seribu tahun” begitu dalam kita harus mengingat terlebih dahulu bahwa ayat ini terdapat di dalam Kitab Wahyu ada lebih dari 300 simbol, dan simbol 1000 adalah salah satunya yang terdapat dalam kitab Wahyu. Kitab Wahyu sendiri ditulis oleh rasul Yohanes yang pada saat itu telah berada di pulau Patmos. Pada saat berada di pulau Patmos inilah, ia mendapat wahyu lalu menuliskannya di dalam sebuah kitab sesuai dengan perintah Tuhan kepadanya (Wahyu 1:11).

            Dengan melihat begitu banyaknya simbol dalam kitab Wahyu ini, maka kita dapat mempertanyakan bahwa apa yang dimaksud dengan bilangan seribu yang terdapat pada kata “Kerajaan Seribu Tahun”. Apakah seribu pada kalimat tersebut dapat kita anggap sebagai satu bilangan matematis atau hanya simbolis belaka yang termasuk dalam bilangan matematis.[1] Lalu bagaimanakah menurut Kitab Wahyu dalam menjelaskan kalimat ini?

            Kata “seribu” (Yun. Khiliasmus) menunjukkan istilah untuk kurun waktu tahun yang lama, lebih lama dari kerajaan-kerajaaan yang pernah berdiri di bumi. Kata “seribu” secara matematis adalah kurun waktu seribu tahun disebut sebagai satu millennium = sepuluh abad, ini jika kalimat ini termasuk dalam bilangan matematis. Tetapi, kalau bilangan ini benar berbicara mengenai simbolis, maka kita tidak dapat tetap menghitungnya seribu, karena di dalamnya terdapat maksud yang tersembunyi. Sama seperti ucapan Tuhan Yesus mengenai hal mengampuni, dengan menyebutkan angka 70 x 7 kali yang tidak berarti 490, melainkan menunjukkan kepada kita bahwa kita harus mengampuni sesama kita secara terus-menerus, dengan tidak terbatas (lih. Mat. 18:21-35). Namun, yang harus lebih kita perhatikan adalah bukanlah kata “seribu tahun” nya, melainkan bahwa ini adalah benar-benar suatu kerajaan, dimana Kristus sebagai raja memerintah atau berkuasa. Kerajaan yang akan ada pada zaman akhir. Dengan demikian, kita akan bersikap atau bertindak bukan untuk menghitung secara matematis, melainkan bersikap untuk mempersiapkan diri senantiasa untuk menantikan hari Tuhan, yang datang seperti pencuri. Kerajaan seribu tahun pasti akan datang maka hendaklah berjaga-jaga untuk memasukinya.


                [1] A. Munthe, Tema-Tema Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) 47

Posting Komentar

0 Komentar