Alkitab khususnya Perjanjian
Lama dibentuk bukan dari satu kitab melainkan dari kitab-kitab. Perjanjian Lama
yang berisikan 39 kitab. Dikelompokkan menjadi empat kategori yang ditentukan berdasarkan
karakteristik isinya. Pertama, lima kitab Musa (Kejadian-Ulangan) atau
disebut dengan Pentateukh (yang dalam Bahasa Yunani berarti “kitab yang
dilipat lima”). Kedua, kitab sejarah sesuai dengan namanya berarti
berisikan kitab-kitab yang memiliki nilai serajah yang kuat (Yosua-Ester). Ketiga,
Kitab Puisi atau Tulisan-tulisan (Ayub-Kidung Agung) yang ditulis dengan gaya
puisi orang Yahudi. Keempat, adalah kitab Nabi, baik nabi-nabi besar,
maupun nabi-nabi kecil. [1]
Ray C. Stedman mengatakan bahwa Kitab Yosua adalah salah satu
Kitab yang harus dikuasai oleh setiap orang Kristen. Sebab akan menolong
orang-orang Kristen supaya bertahan dalam menghadapi dampak utama sepenuhnya
dari peperangan dunia, kedagingan, dan Iblis. Bahkan kitab ini mengajarkan
bagaimana menjadi pemimpin yang baik.[2]
Dari sekian banyak
sejarah yang membentuk PL, sejarah mengenai Tanah Kanaan adalah salah satu
sejarah yang sangat penting yang membentuk Perjanjian Lama. Dan dalam kitab
Yosua secara keseluruhanlah dituliskan tentang kepemimpinan Yosua atas bangsa
Israel untuk menaklukkan tanah Kanaan. Yang menjadi pertanyaan dalam kitab ini
adalah Apa dasar bangsa Israel harus menaklukkan Tanah Kanaan? Seberapa
pentingkah tanah Kanaan bagi bangsa Israel? Apakah Yosua telah memimpin dengan
baik penaklukkan tersebut?
DASAR PENAKLUKAN TANAH
KANAAN
Berikut adalah garis
besar dari Kitab Yosua yang menceritakan bagaimana kepemimpinan Yosua terhadap
bangsa Israel, dibagi menjadi tiga bagian, Yaitu:
1.
Penaklukkan Kanaan (pasal 1-12)
2.
Pembagian tanah Kanaan kepada suku-suku Israel (pasal 13-22)
3.
Petunjuk-petunjuk dan perkataan Yosua terakhir sebelum kematiannya
(pasal 23-24)
Pasal 1-12 telah memberitakan bahwa
Yosua berhasil merebut seluruh tanah Kanaan serta mengalahkan segala raja. Waktu kematian Musa
dan perebutan tanah Kanaan oleh Yosua dapat ditentukan kira-kira tahun 1200 sM.
Sebenarnya Tuhan sudah
memberikan tanah Kanaan itu kepada bangsa Israel, sebagaimana yang difirmankan
Tuhan kepada Musa, jadi bangsa Israel tinggal menginjak tanah tersebut.
Bagi Yosua sebagai
pemimpin, penaklukkan Tanah Kanaan bukanlah hal yang sepele atau dapat
diremehkan. Namun, Yosua tetap yakin akan panggilan tersebut. Keyakinan
tersebut tidak lepas dari dasar yang kuat, yaitu janji Tuhan dengan bersumpah
untuk memberikan negeri itu kepada nenek moyang mereka (lih. Kej. 15:18; 24:7;
Kel. 32:13). Janji dan Sumpah yang telah diucapkan oleh Allah adalah dasar yang
kuat bagi Yosua.[3]
TANAH KANAAN SEBAGAI
TANAH PERJANJIAN
Seluruh Israel akan dikaruniakan Tanah
Suci dan wajib memperjuangkan tanah suci tersebut. Dalam hal ini dipentingkan adanya solidaritas
antara suku-suku Israel dan pemimpinnya. Untuk terwujubnya hal tersebut, mereka
tidak boleh terpecah belah, sama seperti untuk Gereja zaman sekarang. Tanah
Suci adalah perwujudan Kerajaan Surga yang ada di PL yang harus diperjuangkan.
Namun, tetap harus diingat juga bahwa Kerajaan Allah adalah karunia semata.
Demikianlah Yesus, diibaratkan seperti Yosua yang memimpin bangsa Israel.
Latar belakang geografis dalam kitab
Yosua yaitu dimulai dari bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. Penduduk tanah
Kanaan semakin bertambah banyak terutama di daerah rendah seperti tempat-tempat
perdagangan dan pelabuhan yang sangat strategis untuk mendapatkan keuntungan.[4] Sedangkan bagian Timur dari tanah itu dengan
topografi yang sangat berbukit, ideal juga untuk pemukiman dan bagian baratnya
ideal dengan akses para militer. Dalam
hal pengaruh dan serangan budaya militer dari luar, Allah berinisiatif
menempatkan Israel dalam posisi ditengah bangsa-bangsa. sehingga bangsa Israel
dapat menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Penting untuk diketahui bahwa sifat
masyarakat sekitar ada dalam pengaturan fedalistik dan totaliter yang dibangun
dari kerja para budak dan sangat hierarkis. Agama ini biasanya digunakan untuk
melegatimasi ekonomi dan politik yang berkuasa.[5]
Secara politik, banyak negeri yang
ingin menguasai negeri Kanaan, karena rute perdagangan dan pelabuhannya yang
strategis dalam negeri tersebut. Mesir memiliki kekuasaan yang tinggi setelah
pengusiran bangsa Hiksos[6]
yang membawa Dinasti ke-18 ke takhta Mesir.
Pada sekitar abad ke-15 dinasti tersebut semakin kuat dalam kedudukannya
dan mencapai puncak kekuasaannya. Namun pada waktu yang sama juga Kerajaan Neo
Het juga mulai terbentuk, dan selama lebih dari dua abad berikutnya orang-orang
mesir dan orang-orang Het bersaing.[7]
Begitu juga dengan
penduduknya, dimana penduduk yang
telah ada di tanah Kanaan telah memiliki kebudayaan yang cukup mengesankan,
dimana kota2nya dibangun dengan begitu indah dan memiliki benteng-benteng yang
kuat. Bahkan banyak rumah-rumah besar dan indah diseeliling negri tersebut.[8]
Secara keagamaan, negeri Kanaan memiliki keagamaan yang cenderung
menonjolkan ilah-ilah tertentu, penduduk di Negeri Kanaan mempercayai satu dewa
yang mahatinggi yang disebut El. Akan tetapi kontras dengan apa yang
dipercayakan, penduduk itu lebih suka dengan menyembah Baal. Mereka percaya
bahwa Baal dengan sejumlah dewi (Asyer, Astarte, Anat) bertanggungjawab atas
kesuburan tanam-tanaman, kawanan ternak dan keluarga mereka. Menurut
kepercayaan mereka Baal setiap kali mati namun setiap kali ia bangkit kembali,
dan hal itu mengakibatkan terjadinya perubahan musim. Sistem peribadatan mereka
memiliki aspek-aspek seksual yang sangat kasar. Orang-orang Kanaan percaya
bahwa hal semacam ini akan mengakibatkan kesuburan atas lahan-lahan pertanian.[9]
YOSUA SEBAGAI PEMIMPIM
PENAKLUKAN TANAH KANAAN
Sebenarnya panggilan Yosua sebagai
pemimpin bukanlah secara tiba-tiba, melainkan telah dipersiapkan dengan baik
oleh pemimpin sebelumnya yaitu Musa. Melalui kepemimpinan Yosua, Allah telah
membuktikan kepada umatNya bahwa Tuhan tidak akan sekali-kali meninggalkan
umat-Nya, walaupun pemimpin mereka telah meninggal.
Yosua adalah sosok pemimpin yang
tepat bagi bangsa Israel, hal ini terbukti dari keseluruhan kitab Yosua. Yosua
bin Nun berasal dari Efraim (Bil. 13:8).
Yosua dapat menyatakan
kepercayaannya kepada Tuhan dengan menjalankan seluruh hokum yang diperitahkan
kepadanya oleh Musa. Yasua harulah berlaku sesuai dengan segala pertunjuk
hokum Taurat dan tidak boleh menyimpang (Ay. 7).
Yosua harus melewati konflik politik
yang ada di dalamnya, untuk melewati itu semua bukanlah suatu hal yang mudah,
tentu perlu penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Sehingga
sampai pada satu titik, akhirnya orang-orang Israel mulai menetap di Kanaan,
kerajaan Mesir pun telah kehilangan kekuasaan dan kejayaannya.[10]
[1] Church Educational
System, OLD TESTAMENT TEACHER RESOURCE MANUAL “Buku Pedoman Sumber
Guru Perjanjian Lama”, (Gereja Yesus Kristus dari orang-orang Suci Akhir
Zaman, 1998) hal. 9
[2]Ray C. Stedmen, Petualangan
Menjelajahi Perjanjian Lama (Jakarta: Duta Harapan Dunia), 151.
[3] D.C. Mulder, Kitab Yosua (Jakarta: Gunung Mulia, 2015) 15
[4]Ibid, 95.
[5]Arel Martinus Siahaya, Dampak Sosial Politik terhadap perkembangan Ekonomi Umat Allah Zaman Perjanjian Lama. Jurnal Teruna Bhakti, Vol. 2, No 1 Agustus 2019. 34
[6]Heikos adalah penguasa asing atau penggembala asal Asia yang pergi ke Mesir kawasan timur Delta Nil, pada dinasti keduabelas Mesir yang memprakarsai Periode Menengah Kedua Mesir Kuno. Wikipedia 16 Maret 2021, 14:15 WIB
[7]Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas,2013), 225.
[8] Nter-varsity Press, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1, (Jakarta: Binakasih / OMF), hal. 502.
[9] David F. Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), hal. 93.
[10]David F. Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 93.
0 Komentar