“UPAYA MENUMBUHKAN SOLIDARITAS
MELALUI PEKABARAN INJIL PADA HARI PERINGATAN KEMERDEKAAN INDONESIA”
Yosua
S.
SEKOLAH
TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL INDONESIA
Abstrak
Tujuan
dari penelitian ini yakni untuk menumbuhkan rasa solidaritas ditengah-tengah
masyarakat Indonesia yang majemuk. Momen yang tepat untuk menumbuhkan rasa
solidaritas itu adalah pada saat negara Indonesia sedang memperingati hari
kemerdekaannya. Karena pada momen inilah seluruh masyarakat Indonesia merasa
dituntut untuk bersatu oleh perjuangan para pahlawan yang terdahulu. Pekabaran
Injil adalah salah satu media yang tepat untuk menumbuhkan rasa solidaritas
masyarakat Indonesia, terutama ditengah-tengah jemaat. Sebagai seorang Kristen,
Pekabaran Injil haruslah diberitakan baik dimanapun dan kapanpun. Sebagaimana
negara Indonesia telah merdeka dari perbudakan atau pejajahan negara lain,
demianlah orang percaya yang telah dibebaskan dari ‘perbudakan dosa’. Ini
adalah suatu kesempatan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, kesempatan
yang memiliki kesamaan. Dari media pemberitaan Injil inilah, rasa solidaritas
dapat ditumbuhkan demi terwujudnya cita-cita bangsa dalam persatuan dan
kesatuan seluruh rakyat Indonesia.
Kata
Kunci: Solidaritas, Pekabaran Injil, Upaya, Kemerdekaan Indonesia
Abstract
The
purpose of this research is to foster a sense of solidarity amidst Indonesia's
pluralistic society. The right moment to foster a sense of solidarity is when
the Indonesian state is commemorating its independence day. Because it was at
this moment that all Indonesian people felt compelled to unite by the struggles
of the previous heroes. Gospel preaching is one of the appropriate media to
foster a sense of solidarity among the Indonesian people, especially among
congregations. As a Christian, the evangelism must be preached wherever and
whenever. Just as the Indonesian state has become free from slavery or
colonization by other countries, so believers have been freed from the 'slavery
of sin'. This is an opportunity that should not be missed, an opportunity that
is had. From the media of preaching the Gospel, a sense of solidarity can be
fostered for the realization of the nation's ideals of unity and integrity for
all Indonesian people.
Keywords: Solidarity, Evangelism,
Effort, Indonesian Independence
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang
merdeka. Negara yang telah bebas dari penjajahan negara asing. Kemerdekaan ini
tidaklah semudah yang kita pikirkan dapat terwujud. Perlu perjuangan dari para
pejuang, para pahlawan, para politikus, bahkan para rakyat biasa. Perjuangan
ini dilakukan secara bersama-sama dengan satu tujuan, yaitu kemerdekaan negara
Indonesia. Semua perjuangan tersebut telah dituangkan dalam lima sila
Pancasila.
Pancasila adalah wujud dari
perjuangan seluruh rakyat Indonesia, sekaligus cita-cita yang harus secara
terus menerus diperjuangankan. Sebagai rakyat Indonesia yang baik, semua
cita-cita tersebut haruslah dijaga dengan sangat baik, agar setiap generasi
dari bangsa ini dapat merasakannya. Oleh sebab itu, diperlukan juga perjuangan demi
melanjutkannya. Bukan perjuangam melawan para penjajah, melainkan berperang
melawan diri kita sendiri, seperti yang pernah dikatakan oleh Bung Karno[1]. Tujuan ungkapan Bung
Karno tersebut adalah agar setiap pribadi kita sebagai bangsa yang merdeka dapat
melanjutkan serta mewujudkan cita-cita tersebut.
Persatuan Indonesia, adalah butir
ketiga dari Pancasila. Dimana butir Pancasila tersebut memiliki cita-cita agar
seluruh rakyat Indonesia dapat bersatu. Rasa solidaritas adalah nilai sosial
yang dapat mendukung terwujudnya Persatuan Indonesia. Dengan demikian rasa
solidaritas haruslah ditumbuhkan dengan baik, agar setiap rakyat Indonesia
dapat merasakan persatuan dan kesatuan. Memang tidaklah mudah, menumbuhkan rasa
solidaritas tersebut, perlu metode-metode yang tepat, jika ingin mewujudkannya
dengan baik.
Salah satu adalah dengan pekabaran
Injil. Namun, Siapakah yang bertanggung jawab melakukan pekabaran Injil ini?
Bagaimanakah cara yang tepat untuk melakukannya? Siapakah sasaran dari
pekabaran Injil tersebut? Bagaimanakah kita dapat mewujudkan perintah Yesus:
“menjadi semua bangsa murid-Ku” (Mat. 28:19). Semua pertanyaan tersebut
haruslah bertujuan demi tumbuhnya rasa solidaritas, yang akan mempersatukan
seluruh rakyat Indonesia.
PEKABARAN
INJIL
Sebelum lebih lanjut tentang
menumbuhkan rasa solidaritas melalui pekabaran Injil. Kita harus mengetahui apa
sebenarnya definisi dari Perkabaran Injil. Venema dalam bukunya mendefinisikan
sebagai pengutusan gereja oleh Yesus Kristus yang adalah Juruselamat dunia. Semua
karya Pekabaran Injil, dan juga segi-segi Misiologi yang berbeda-beda mempunyai
kesatuannya dalam pusat itu, yaitu Kristus.[2]
Dengan demikian, Pekabaran Injil
adalah tanggung jawab semua orang percaya yang adalah “garam” atau “terang
dunia” (Mat.5:13-16), dengan kata lain menjadi “saksi-Ku” (Kis.1:8). Hal ini
adalah perintah mutlak dari Yesus Kristus (Mat. 28:19-20). Orang percaya yang
demikian disebut dengan “Utusan-utusan Kristus” (2 Kor. 5:20).[3]
PRINSIP
PEKABARAN INJIL
Berita
Injil tidak hanya mengejarkan kebenaran yang bersifat umum tentang Allah,
moralitas, atau hal lainnya; tetapi juga berkaitan dengan Kristus dan karya keselamatan yang dikerjakan-Nya di kayu salib
bagi pengampunan dosa manusia. Kristus tidak hanya dilihat dan dimengerti
sebagai tokoh sejarah saja, guru moral yang agung, melainkan juga Anak Allah
“Yang Diurapi”. Hanya melalui Kristus sajalah keselamatan dapat terwujudkan.
Sebagaimana para pahlawan Indonesia yang telah berjuang membebaskan negara
Indonesia dari perbudakan negara asing, demikian juga Yesus Kristus telah
berjuang manusia agar dapat berdamai dengan Allah, caranya dengan mengorbankan
diri-Nya, sebagai korban penghapus dosa, sekali untuk selamanya. Dosa yang
sejak semula memperbudak, sekarang telah dikalahkan. (Kis. 4:12; Yoh. 3:16; 1
Tim. 1:15; Gal.3:13; 1 Tes. 1:10; Rom. 14:9).[4]
Dengan demikian, momen yang telah
untuk dapat menyampaikan prinsip kebenaran ini, adalah pada hari kemerdekaan
Indonesia. Dimana seluruh rakyat Indonesia sedang dalam keadaan “dituntut”
untuk bersatu. Prinsip ini malah akan sangat mendukung bertumbuhnya rasa
solidaritas rakyat Indonesia.
SOLIDARITAS
Solidaritas adalah salah satu rasa
yang penting dalam sebuah kelompok lingkungan masyarakat. Solidaritas setiap
orang berbeda-beda kadarnya. Solidaritas juga dapat diartikan “rasa
berkelompok/group feeling, yaitu sekumpulan orang-orang yang mempunyai rasa
persatuan, untuk menunjukkan bentuk-bentuk ikatan sosial.[5]
Emile Durkheim membagi dua bentuk
dari solidaritas, yaitu solidaritas mekanis, dan solidaritas organis. Solidaritas
organik ialah solidaritas yang didasarkan pada adanya perbedaan-perbedaan dan
kebergantungan yang tinggi. Sedangkan solidaritas mekanis ialah solidaritas
yang didasarkan pada tingkat homogenitas (persamaan macam, jenis, atau sifat)
yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment, dan sebagainya.[6] Dengan demikian, tujuan
dari solidaritas ialah menghasilkan persamaan, rasa saling ketergantungan, dan
pengalaman yang sama, dan merupakan suatu pengikat unit-unit kolektif (secara
gabungan) seperti keluarga, komunitas, serta kelompok.[7]
Salah satu contoh upaya menumbuhkan
rasa solidaritas yang terjadi di masyarakat adalah aksi solidaritas “1000
lilin” yang ditujukan kepada Ahok, yang dimana pak Ahok divonis melakukan
tindakan irasional. Solidaritas tersebut dilaksanakan secara serentak di
Jakarta dari sore hingga malam hari yang menandakan terang berganti gelap;
menandakan terang yang dibawa dan muncul; 1000 lilin menandakan banyaknya titik
terang; pakaian hitam yang dipakai oleh para peserta menandakan pekabungan.
Dengan demikian, solidaritas yang pada saat itu terjadi, dapat dipahami lebih
dalam dan lebih luas, dimana hadirnya kontek sosial, kesadaran, kepekaan
terhadap lingkungan, kepedulian sosial, dan pengorbanan, serta pengharapan,
akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi. Demikianlah makna rasa
solidaritas akan meningkat bukan hanya pada saat itu, melaikan hingga kepada
setiap pribadi masyarakat Indonesia yang menyaksikannya.[8]
Prinsip
solidaritas:
·
Harus lahir dari kesadaran setiap pribadi
manusia.
·
Harus berdasarkan gerakan yang benar-benar
murni.
·
Harus terlahir juga dari kepekaan dan
kepedulian
·
Harus disertakan rasa pengorbanan dan
pengharapan.
·
Harus bertujuan untuk menggapai keadilan
Solidaritas memiliki arti integrasi,
tingkat, dan jenis integrasi. Solidaritas dapat terlihat jika ditunjukkan oleh
masyarakat atau kelompok dengan orang atau tetangga mereka. Hal tersebut
mengacu pada hubungan masyarakat, hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat
satu sama lain. Menurut KBBI, kata ‘Solidaritas’ adalah sifat (perasaan)
solider, sifat satu rasa (senasib dan sebagainya) atau dapat diartikan juga
sebagai perasaan setia kawan.[9]
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Upaya Menumbuhkan
Rasa Solidaritas Melalui Pemberitaan Injil, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pemberitaan Injil kepada jemaat, maka dapat menumbuhkan
rasa solidaritas pada diri jemaat secara pribadi dalam menumbuhkan rasa
kebersamaan, rasa simpati, rasa empati, rasa kekompakan serta mewujudkan tujuan
demi kepentingan bersama.
Penerapan ini tidaklah mudah, namun bukan berarti
mustahil, dengan tutur kata yang santun serta pemilihan kata secara baik dan
benar, maka rasa solidaritas ditengah-tengah jemaat akan bertumbuh dengan baik.
Penerapan ini memiliki makna yang
mendasar yaitu berisi nilai-nilai Pancasila khususnya mengenai Persatuan
Indonesia yang dapat ditanamkan kepada jemaat sejak sekarang. Nilai-nilai
tersebut dapat disampaikan pada saat melakukan penginjilan.
Semua orang, khususnya orang
Indonesia akan mudah menerima pemberitaan Injil yang menumbuhkan rasa
solidaritas jika disampaikan dengan menyertakan nilai-nilai Pancasila, sebab
orang Indonesia sangat familiar dengan nilai-nilai yang telah diajarkan mulai
dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi tersebut.
Hal ini juga menyebabkan pemberitaan
Injil menjadi lebih menarik karena dikolaborasikan dengan Penekanan nilai-nilai
Pancasila sehingga dapat meningkatkan tingkat respon terhadap Injil.
Jadi, sebagai orang percaya yang
menyampaikan pekarabaran Injil, terlebih dahulu kita haruslah memiliki rasa
solidaritas yang tinggi baik ditengah keluarga, masyarakat, maupun
ditengah-tengah lingkungan gereja. Sehingga rasa solidaritas lebih mudah
diterapkan, jika kita telah menerapakannya terlebih dahulu dalam kehidupan
kita.
[1] https://newsmaker.tribunnews.com/2020/08/12/kumpulan-kutipan-kata-kata-ir-soekarno-peringati-kemerdekaan-indonesia-cocok-diposting-di-medsos
(diakses pada 11 November 2020, 21:45 WIB).
[2]
Bandingkan M.K., Missiologie, dalam buku: Dr. J. Douma (red.), orientatie iin de theologie (Orientasi
ke dalam teologi), Barneveld, 1987. Hlm. 149-156
[5] Ike
Fari Fadila Sumual, Pryo Sularso, Budiyono, Upaya Menumbuhkan Rasa Solidaritas Kebangsaan
Anak Usia Dini 1
Melalui Permainan Bakiak (Citizenship
Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 7 No 2 Oktober 2019, hal hal
117-124 Avaliable online at :
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/Citizenship Print ISSN: 2302-433X
Online ISSN : 2579-5740)
[6]
Soekanto, S., &
Mamudji, S. (2007). Penelifian Hukum Normafif Suatu Tinjauan Umum. Jakarta:
Raja Grafido Persada.
0 Komentar