UPAYA MENUMBUHKAN SOLIDARITAS MELALUI PEKABARAN INJIL PADA HARI PERINGATAN KEMERDEKAAN INDONESIA

 




“UPAYA MENUMBUHKAN SOLIDARITAS MELALUI PEKABARAN INJIL PADA HARI PERINGATAN KEMERDEKAAN INDONESIA”

 

Yosua S.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL INDONESIA

yosuasimatupang21@gmail.com

 

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk menumbuhkan rasa solidaritas ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Momen yang tepat untuk menumbuhkan rasa solidaritas itu adalah pada saat negara Indonesia sedang memperingati hari kemerdekaannya. Karena pada momen inilah seluruh masyarakat Indonesia merasa dituntut untuk bersatu oleh perjuangan para pahlawan yang terdahulu. Pekabaran Injil adalah salah satu media yang tepat untuk menumbuhkan rasa solidaritas masyarakat Indonesia, terutama ditengah-tengah jemaat. Sebagai seorang Kristen, Pekabaran Injil haruslah diberitakan baik dimanapun dan kapanpun. Sebagaimana negara Indonesia telah merdeka dari perbudakan atau pejajahan negara lain, demianlah orang percaya yang telah dibebaskan dari ‘perbudakan dosa’. Ini adalah suatu kesempatan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, kesempatan yang memiliki kesamaan. Dari media pemberitaan Injil inilah, rasa solidaritas dapat ditumbuhkan demi terwujudnya cita-cita bangsa dalam persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia.

Kata Kunci: Solidaritas, Pekabaran Injil, Upaya, Kemerdekaan Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

Abstract

The purpose of this research is to foster a sense of solidarity amidst Indonesia's pluralistic society. The right moment to foster a sense of solidarity is when the Indonesian state is commemorating its independence day. Because it was at this moment that all Indonesian people felt compelled to unite by the struggles of the previous heroes. Gospel preaching is one of the appropriate media to foster a sense of solidarity among the Indonesian people, especially among congregations. As a Christian, the evangelism must be preached wherever and whenever. Just as the Indonesian state has become free from slavery or colonization by other countries, so believers have been freed from the 'slavery of sin'. This is an opportunity that should not be missed, an opportunity that is had. From the media of preaching the Gospel, a sense of solidarity can be fostered for the realization of the nation's ideals of unity and integrity for all Indonesian people.

Keywords: Solidarity, Evangelism, Effort, Indonesian Independence

 

PENDAHULUAN

            Indonesia adalah negara yang merdeka. Negara yang telah bebas dari penjajahan negara asing. Kemerdekaan ini tidaklah semudah yang kita pikirkan dapat terwujud. Perlu perjuangan dari para pejuang, para pahlawan, para politikus, bahkan para rakyat biasa. Perjuangan ini dilakukan secara bersama-sama dengan satu tujuan, yaitu kemerdekaan negara Indonesia. Semua perjuangan tersebut telah dituangkan dalam lima sila Pancasila.

            Pancasila adalah wujud dari perjuangan seluruh rakyat Indonesia, sekaligus cita-cita yang harus secara terus menerus diperjuangankan. Sebagai rakyat Indonesia yang baik, semua cita-cita tersebut haruslah dijaga dengan sangat baik, agar setiap generasi dari bangsa ini dapat merasakannya. Oleh sebab itu, diperlukan juga perjuangan demi melanjutkannya. Bukan perjuangam melawan para penjajah, melainkan berperang melawan diri kita sendiri, seperti yang pernah dikatakan oleh Bung Karno[1]. Tujuan ungkapan Bung Karno tersebut adalah agar setiap pribadi kita sebagai bangsa yang merdeka dapat melanjutkan serta mewujudkan cita-cita tersebut.

            Persatuan Indonesia, adalah butir ketiga dari Pancasila. Dimana butir Pancasila tersebut memiliki cita-cita agar seluruh rakyat Indonesia dapat bersatu. Rasa solidaritas adalah nilai sosial yang dapat mendukung terwujudnya Persatuan Indonesia. Dengan demikian rasa solidaritas haruslah ditumbuhkan dengan baik, agar setiap rakyat Indonesia dapat merasakan persatuan dan kesatuan. Memang tidaklah mudah, menumbuhkan rasa solidaritas tersebut, perlu metode-metode yang tepat, jika ingin mewujudkannya dengan baik.

            Salah satu adalah dengan pekabaran Injil. Namun, Siapakah yang bertanggung jawab melakukan pekabaran Injil ini? Bagaimanakah cara yang tepat untuk melakukannya? Siapakah sasaran dari pekabaran Injil tersebut? Bagaimanakah kita dapat mewujudkan perintah Yesus: “menjadi semua bangsa murid-Ku” (Mat. 28:19). Semua pertanyaan tersebut haruslah bertujuan demi tumbuhnya rasa solidaritas, yang akan mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.  

PEKABARAN INJIL

            Sebelum lebih lanjut tentang menumbuhkan rasa solidaritas melalui pekabaran Injil. Kita harus mengetahui apa sebenarnya definisi dari Perkabaran Injil. Venema dalam bukunya mendefinisikan sebagai pengutusan gereja oleh Yesus Kristus yang adalah Juruselamat dunia. Semua karya Pekabaran Injil, dan juga segi-segi Misiologi yang berbeda-beda mempunyai kesatuannya dalam pusat itu, yaitu Kristus.[2]

            Dengan demikian, Pekabaran Injil adalah tanggung jawab semua orang percaya yang adalah “garam” atau “terang dunia” (Mat.5:13-16), dengan kata lain menjadi “saksi-Ku” (Kis.1:8). Hal ini adalah perintah mutlak dari Yesus Kristus (Mat. 28:19-20). Orang percaya yang demikian disebut dengan “Utusan-utusan Kristus” (2 Kor. 5:20).[3]

PRINSIP PEKABARAN INJIL

            Berita Injil tidak hanya mengejarkan kebenaran yang bersifat umum tentang Allah, moralitas, atau hal lainnya; tetapi juga berkaitan dengan Kristus dan karya keselamatan yang dikerjakan-Nya di kayu salib bagi pengampunan dosa manusia. Kristus tidak hanya dilihat dan dimengerti sebagai tokoh sejarah saja, guru moral yang agung, melainkan juga Anak Allah “Yang Diurapi”. Hanya melalui Kristus sajalah keselamatan dapat terwujudkan. Sebagaimana para pahlawan Indonesia yang telah berjuang membebaskan negara Indonesia dari perbudakan negara asing, demikian juga Yesus Kristus telah berjuang manusia agar dapat berdamai dengan Allah, caranya dengan mengorbankan diri-Nya, sebagai korban penghapus dosa, sekali untuk selamanya. Dosa yang sejak semula memperbudak, sekarang telah dikalahkan. (Kis. 4:12; Yoh. 3:16; 1 Tim. 1:15; Gal.3:13; 1 Tes. 1:10; Rom. 14:9).[4]

            Dengan demikian, momen yang telah untuk dapat menyampaikan prinsip kebenaran ini, adalah pada hari kemerdekaan Indonesia. Dimana seluruh rakyat Indonesia sedang dalam keadaan “dituntut” untuk bersatu. Prinsip ini malah akan sangat mendukung bertumbuhnya rasa solidaritas rakyat Indonesia.

SOLIDARITAS

            Solidaritas adalah salah satu rasa yang penting dalam sebuah kelompok lingkungan masyarakat. Solidaritas setiap orang berbeda-beda kadarnya. Solidaritas juga dapat diartikan “rasa berkelompok/group feeling, yaitu sekumpulan orang-orang yang mempunyai rasa persatuan, untuk menunjukkan bentuk-bentuk ikatan sosial.[5]

            Emile Durkheim membagi dua bentuk dari solidaritas, yaitu solidaritas mekanis, dan solidaritas organis. Solidaritas organik ialah solidaritas yang didasarkan pada adanya perbedaan-perbedaan dan kebergantungan yang tinggi. Sedangkan solidaritas mekanis ialah solidaritas yang didasarkan pada tingkat homogenitas (persamaan macam, jenis, atau sifat) yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment, dan sebagainya.[6] Dengan demikian, tujuan dari solidaritas ialah menghasilkan persamaan, rasa saling ketergantungan, dan pengalaman yang sama, dan merupakan suatu pengikat unit-unit kolektif (secara gabungan) seperti keluarga, komunitas, serta kelompok.[7]

            Salah satu contoh upaya menumbuhkan rasa solidaritas yang terjadi di masyarakat adalah aksi solidaritas “1000 lilin” yang ditujukan kepada Ahok, yang dimana pak Ahok divonis melakukan tindakan irasional. Solidaritas tersebut dilaksanakan secara serentak di Jakarta dari sore hingga malam hari yang menandakan terang berganti gelap; menandakan terang yang dibawa dan muncul; 1000 lilin menandakan banyaknya titik terang; pakaian hitam yang dipakai oleh para peserta menandakan pekabungan. Dengan demikian, solidaritas yang pada saat itu terjadi, dapat dipahami lebih dalam dan lebih luas, dimana hadirnya kontek sosial, kesadaran, kepekaan terhadap lingkungan, kepedulian sosial, dan pengorbanan, serta pengharapan, akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi. Demikianlah makna rasa solidaritas akan meningkat bukan hanya pada saat itu, melaikan hingga kepada setiap pribadi masyarakat Indonesia yang menyaksikannya.[8]

Prinsip solidaritas:

·         Harus lahir dari kesadaran setiap pribadi manusia.

·         Harus berdasarkan gerakan yang benar-benar murni.

·         Harus terlahir juga dari kepekaan dan kepedulian

·         Harus disertakan rasa pengorbanan dan pengharapan.

·         Harus bertujuan untuk menggapai keadilan

            Solidaritas memiliki arti integrasi, tingkat, dan jenis integrasi. Solidaritas dapat terlihat jika ditunjukkan oleh masyarakat atau kelompok dengan orang atau tetangga mereka. Hal tersebut mengacu pada hubungan masyarakat, hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat satu sama lain. Menurut KBBI, kata ‘Solidaritas’ adalah sifat (perasaan) solider, sifat satu rasa (senasib dan sebagainya) atau dapat diartikan juga sebagai perasaan setia kawan.[9]

KESIMPULAN

            Berdasarkan hasil penelitian tentang Upaya Menumbuhkan Rasa Solidaritas Melalui Pemberitaan Injil, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

            Pemberitaan Injil kepada jemaat, maka dapat menumbuhkan rasa solidaritas pada diri jemaat secara pribadi dalam menumbuhkan rasa kebersamaan, rasa simpati, rasa empati, rasa kekompakan serta mewujudkan tujuan demi kepentingan bersama.

            Penerapan ini tidaklah mudah, namun bukan berarti mustahil, dengan tutur kata yang santun serta pemilihan kata secara baik dan benar, maka rasa solidaritas ditengah-tengah jemaat akan bertumbuh dengan baik.

            Penerapan ini memiliki makna yang mendasar yaitu berisi nilai-nilai Pancasila khususnya mengenai Persatuan Indonesia yang dapat ditanamkan kepada jemaat sejak sekarang. Nilai-nilai tersebut dapat disampaikan pada saat melakukan penginjilan.

            Semua orang, khususnya orang Indonesia akan mudah menerima pemberitaan Injil yang menumbuhkan rasa solidaritas jika disampaikan dengan menyertakan nilai-nilai Pancasila, sebab orang Indonesia sangat familiar dengan nilai-nilai yang telah diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi tersebut.

            Hal ini juga menyebabkan pemberitaan Injil menjadi lebih menarik karena dikolaborasikan dengan Penekanan nilai-nilai Pancasila sehingga dapat meningkatkan tingkat respon terhadap Injil.

            Jadi, sebagai orang percaya yang menyampaikan pekarabaran Injil, terlebih dahulu kita haruslah memiliki rasa solidaritas yang tinggi baik ditengah keluarga, masyarakat, maupun ditengah-tengah lingkungan gereja. Sehingga rasa solidaritas lebih mudah diterapkan, jika kita telah menerapakannya terlebih dahulu dalam kehidupan kita.



                [2] Bandingkan M.K., Missiologie, dalam buku: Dr. J. Douma (red.), orientatie iin de theologie (Orientasi ke dalam teologi), Barneveld, 1987. Hlm. 149-156

                [3] David W.Ellis, Metode Penginjilan (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015) hal. 7

                [4] Thomy J. Matakupan, Prinsip-Prinsip Penginjilan (Surabaya: Momentum, 2012) hal. 5

            [5] Ike Fari Fadila Sumual, Pryo Sularso, Budiyono, Upaya Menumbuhkan Rasa Solidaritas Kebangsaan Anak Usia Dini 1 Melalui Permainan Bakiak (Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 7 No 2 Oktober 2019, hal hal 117-124 Avaliable online at : http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/Citizenship Print ISSN: 2302-433X Online ISSN : 2579-5740)

                [6] Soekanto, S., & Mamudji, S. (2007). Penelifian Hukum Normafif Suatu Tinjauan Umum. Jakarta: Raja Grafido Persada.

                [7] Soekanto, S., Pengantar sosiologi (Jakarta: CV. Rajawali. 1987) hal. 68

                [8] Jurnal, Nicodemus Koli, Teguh Priyo Sadono, MEMAHAMI MAKNA SOLIDARITAS (TELAAH SEMIOTIKA ROLAND BARTHES PADA AKSI SOLIDARITAS “1000 LILIN”, HARIAN KOMPAS, EDISI SABTU, 13 MEI 2017).

                [9] KBBI. Suci. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/suci [diakses pada tanggal 6 Maret 2018].

Posting Komentar

0 Komentar