Sekilas Tentang Ular Tembaga (Bil. 21:4-9)

 


        Ini adalah cerita kuno yang menjelaskan mengapa ular tembaga berdiri di kenisah Yerusalem. Ternyata dalam 2 Raj. 18:4, benda ini disalah artikan menjadi benda sebagai penyembahan berhala dalam ibadah seputar ular tembaga. Oleh karena itu, pada zaman Hizkia benda ini dihancurkan. Alasan dibalik ibadah seputar ular tembaga adalah karena makna dari ular yang memiliki kemampuan untuk membiakkan diri, maka ular dilambangkan kehidupan dan dipakai sebagai lambang kesuburan di zaman kuno.[1]

          Cerita yang kita hadapi sekarang ini disusun dengan pola pemberontakan-hukuman-pengantaraan-pengampunan yang berkali-kali digunakan (lih. 11:1-3;12:2-16). Perhatian kita selanjutnya diarahkan lahi kepada umat yang memberontak. Meskipun ini adalah generasi baru dan mereka dekat sekali dengan Tanah Perjanjian, mreka masih saja mengeluh kepada Allah dan Musa. (ay. 5a). Umat yang baru saja berangkat di Gunung Hor dan dalam perjalanan ke selatan ke Teluk Akaba ketika mereka kehilangan kesabaran. Keluhanlah yang sekali lagi keluar dari mulut mereka mengenai makanan dan minuman serta kerinduan mereka untuk kembali ke Mesir.

          Setelah kelakuan bangsa Israel tersebut, Yahwe langsung menjawab dengan hukuman, dengan mengirimkan ular-ular yang menggigit umat, yang mengakibatkan sejumlah besar orang mati (ay. 6). Umat berpaling kepada Musa untuk meminta bantuan atas apa yang menimpa mereka. Pada saat itu mereka mengaku telah melakukan dosa dan meminta Musa untuk berdoa kepada Allah, agar Allah melenyapkan ular-ular dari mereka (ay. 7). Musa sebagai seorang yang menjadi pengantara antara umat dan Yahwe, maka Musa menerima perintah untuk mengakhiri penderitaan tersebut dengan melakukan tepat seperti yang diperintahkan Yahwe. Ia melakukannya dengan membuat ular tembaga dan memancangnya pada tiang, sehingga setiap orang yang memandang ular itu akan sembuh. Penyembuhan ini dikaitkan dengan ketaatan dan kepercayaan. Ironisnya, penyembuhan datang dari sumber yang dijadikan sebagai hukuman, yaitu ular.

 



                [1] Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2006) 179.

Posting Komentar

0 Komentar