Istilah “Lucifer” sudah bukan lagi menjadi suatu yang asing ditelinga kita, khususnya orang Kristen. Hal ini dikarenakan banyaknya kabar-kabar yang sumbang mengenai istilah “Lucifer”. Ada beberapa pandangan tentang Lucifer, contohnya yang mengatakan bahwa istilah “Lucifer” menunjuk kepada sosok malaikat yang telah menjadi penghulu setan atau Iblis. Ada juga yang mengatakan bahwa istilah “Lucifer” hanya penggambaran untuk raja yang jahat atau serakah? Lalu manakah yang benar? Apakah benar Lucifer adalah malaikat jatuh karena kesombongannya? Atau hanya sekedar istilah untuk menggambarkan seseorang?
Jika
kita membaca Alkitab dengan teliti, maka istilah ini sebenarnya tidak ada dalam
Alkitab TB, melainkan yang dipakai adalah istilah “Bintang Timur”. Istilah
“Bintang Timur” inilah, khususnya yang terdapat dalam Yesaya 14 diterjemahkan
sebagai Lucifer dalam Vulgata dan KJV; Atau morning star dalam NIV;
Atau shining one dalam YLT; Atau day-star dalam Jewish
Publication society Tanakh; Atau Heilel dalam terjemahan The Orthodox
Jewish Bible. Dengan demikian, dari beberapa terjemahan tersebut, kita dapat
sepakat bahwa Lucifer digambarkan sebagai makhluk terang, bercahaya dan mulia.
Jika
kita setuju bahwa Lucifer pada Yesaya 14 sebagai sosok malaikat atau makluk roh
yang sempurna, menawan dengan segala keindahannya. Maka, dialah sosok yang
sangat sempurna namun ia telah menggunakan kesempurnaannya tersebut bukan untuk
memuliakan Allah, melainkan untuk memuliakan dirinya sendiri sehingga ia ingin
melebihi semua malaikat dan terus naik ke puncak hingga menyamai Yang
Mahatinggi.
“Engkau
yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak
mendirikan tahtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di
atas bukit pertemuan, jauh disebelah utara. Aku hendak naik mengatasi
ketinggian awan-awan hendak menyamai Yang Maha Hinggi. (Yesaya 14: 13-14)
Transisi dari malaikat menjadi Iblis
digenapi melalui kesombongannya. Lusifer yang selama ini mendapat tanggung jawab
atas tempat kudus Allah, dan adalah kerub yang menutupi tempat hadirat Allah dengan
sayapnya seperti yang digambarkan dalam Keluaran 37:9:
“Kerub-kerub
itu mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sayap-sayapnya menudungi tutup
pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup
pendamaian itulah menghadap muka kerub-kerub itu.”
Kesombongan bukanlah suatu yang dapat
dianggap ringan, bahkan jika keinginannya ingin menyamakan diri dengan Allah.
Oleh sebab itulah ia dijatuhkan.
Namun, tidak semua Istilah “Bintang
Fajar” dapat kita samakan, melainkan tetap kembali kepada konteksnya, karena
dalam Perjanjian Baru tepatnya dalam Wahyu 22:16, Yesus juga menyebutkan
diriNya juga sebagai Bintang Timur.
Lalu
bagaimana dengan istilah Bintang Timur dalam Wahyu 22:16, apakah benar itu
menunjuk kepada Yesus atau memang tetap menunjukkan kepada Lucifer? OK LANJUT…
0 Komentar